Mantra Man Jada Wajada Untuk Hari Kebangkitan Nasional

Oleh: Mulyana Nur, S.Pd.

            Moment Hari Kebangkitan Nasional masih menjadi bahan perbincangan, dan masih layak dinobatkan sebagai salah satu hari yang penomenal. Bagaimana tidak?, sejarah mencatat 102 tahun yang lalu, tanggal 20 Mei 1908  digalang kekuatan oleh para pemuda yang tergabung dalam organisasi Budi Utomo di wilayah nusantara ini untuk menyatukan tekad “bangkit dari keadaan sebagai negeri terjajah” dan menyerukan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme.  Kebangkitan tersebut kemudian menjadi tonggak perjuangan yang terus berlanjut dengan munculnya jong Ambon 1909, Sarikat Islam 1911, Muhammadiyah 1912, Jong Java dan Jong Celebes 1917, Jong Sumatra dan Jong Minahasa 1918, Nahdatul Ulama 1926. serta ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 Alhasil Perjuangan bangsa Indonesia tersebut mengantarkan pada puncaknya dimana tanggal 17 Agustus 1945 di proklamirkan kemerdekaannya, negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga sulit untuk dilupakan dan dibiarkan belalu begitu saja.

Kemudian Hari Kebangkitan Nasional akan teramat sangat disayangkan jika  hanya dijadikan sekedar kegiatan seremonial belaka sebagai apresiasi mengingat jasa para pahlawan dan agar diakui sudah merdeka dari penjajahan. Karena serupa hari raya Idul Fitri yang datang setahun sekali, maka Hari Kebangkitan Nasional pun perlu kita sambut dengan penuh makna dan renungan serta diwarnai oleh rencana-rencana yang bersifat kontruktif. Salah satu bentuk usaha memaknai hari tersebut yaitu dengan menjadikan Hari Kebangkitan Nasional sebagai media bermuhasabah. Media untuk mengingat, mengukur dan merencanakan kembali apa yang sebenarnya belum terlaksanakan dalam usaha mewujudkan pembangunan Indonesia.

Kado penulis untuk Hari Kebangkitan Nasional kali ini adalah hanya seucap mantra arab “Man Jada Wajada”. Mantra tersebut penulis dapatkan secara tidak sengaja. Kebiasaan penulis membaca buku-buku motivator membawa penulis pada ide ini. Arti dari mantra tersebut adalah “siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil”. Mantra ini penulis pinjam dari isi Novel inspiratif yang tengah menjulang popularitasnya dalam dunia sastra Indonesia yaitu “Negeri 5 Menara” dari hasil maha karya A. Fuadi.2009.

Penulis berfikir jika seluruh warga negara Indonesia menanamkan mantra ini dalam hati dengan niat ridha Allah SWT dan langsung bergerak maka tentunya semua masalah yang melandanya akan sirna seperti kertas hitam dimakan si jago merah. Kemudian penulispun berfikir bagaimana seandainya mantra tersebut juga digunakan dalam dunia pendidikan kita, maka abupun akan berubah kembali menjadi kertas putih plus seperangkat pinsil kreativitas yang berarti.

Karena mantra Man Jada Wajada serupa dengan sugesti yang diberikan oleh seorang motivator seperti Stanley Cheng yang menyatakan : “Success us closer and more certain when you use to get ready”.  “Kesuksesan menjadi lebih dekat dan lebih pasti ketika Anda terbiasa Siap”. Berdasarkan hal tersebut penulis berkeyakinan besar jika mantra ini diyakini oleh pemerintah, guru, siswa dan masyarakat maka mungkin kebangkitan pendidikan Indonesia pun bukanlah sekedar hayalan belaka, karena semua percaya bahwa jika kita dalam posisi siap dan bersungguh-sungguh maka semuanya pasti berhasil. “Tidak ada kata tidak mungkin selama ada usaha dan doa ” begitulah pepatah klasik terucap dari mulut orang bijak. Kemudian untuk tahap hayalan tingkat tinggi penulis juga berharap mantra ini akan mengantrakan negara Indonesia yang asalnya zero menjado hero dan mampu bersaing di kancah dunia Internasional.

Dengan mantra yang dimaksud, maka pemerintah akan senantiasa terus berusaha untuk memikirkan strategi dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan indonesia. Dengan mantra ini pula, pemerintah teguh, kerja keras dan pantang menyerah dalam mewujudkan amanat Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.

Kemudian mantra inipun diharapkan dapat memberi motivasi terhadap kepala sekolah dan guru sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar di kelas yang bermutu dan mampu menghasilkan agen of e change yang dapat diandalkan dalam pembangunan nasional serta tantangan persaingan globalisasi. Sehingga pendidikan kita memilki guru yang berkualita dan layak disebut sebagai guru professional.

Selanjutnya, siswa. Mantra ini diharapkan akan memberikan motivasi belajar pada siswa. Siswa diharapkan dapat memiliki sifat dan sikap optimis dalam menjalankan tugasnya sebagai subjek dan objek pembelajaran. Siswa diharapkan mampu  mancari ilmu dan termotivasi untuk menjadi manusia yang berpengetahuan dan berakhlak mulia.

Terakhir, masyarakat sebagai motivator keberhasilan dunia pendidikan diharapkandapat mempercayai, memelihara dan ikut serta mensukseskan tujuan system pendiidkan nasional.

Demikianlah, mantra Man Jada Wajada akan mengantarkan dunia pendidikan Indonesia pada tingkat kejayaan jika diyakini dan dilakukan petuahnya secara kolektif bukan hanya oleh pemerintah namun oleh guru, siswa dan masyarakat. Kendati demikian, layaknya mantra yang diberikan oleh Mbah Dukun, maka mantra ini pun akan bekerja secara signifikan jika seseorang itu tidak melanggar pantangannya. Dan taukah pantangan itu?. Ya “Malas” pantangnya adalah malas. Maka agar mantra ini bekerja dengan baik maka kita harus senantiasa tidak mebudayakan malas dan segera menjauhkan penyakit itu dalam diri kita.

Penulis sangat mafhum, malas adalah jenis penyakit jiwa yang menjalar meracuni kreativias diri manusia yang sangat susah untuk dihilangkan. Namun layaknya ahli farmakologi, penulis merekomendasikan obat yang mujarab untuk mencegah sekaligus menghilangkan penyakit itu.  Obat tersebut adalah konsep 3M dari K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) yaitu:

  1. Mulailah dari diri sendiri
  2. Mulailah dari hal terkecil
  3. Mulailah dari saat ini.

About hirat

Hanya dengan ilmu kita akan terbebaskan dari tekanan
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a comment